Postingan

Ulas Jurnal Vol. 1

Gambar
Mengulas teks – – buku , artikel, jurnal penelitian, majalah, dan sebagainya – – berarti pula mencoba memahami teks tersebut secara mendalam. Dengan kata lain, si pembaca mesti merepotkan dirinya sendiri sekadar untuk berdua-duaan dengan teks tertentu. Bagi saya pribadi, k egiatan ulas-mengulas ini merupakan bentuk apresiasi sederhana saya terhadap sebuah karya tulis, tak terkecuali dengan penulisnya. Melalui tulisan berlabel "Ulas Jurnal" ini, saya akan mengulas berbagai jurnal penelitian atau teks sejenisnya yang membahas energi baru dan terbarukan (EBT). S aya harap, aktivitas literasi semacam ini setidaknya dapat menjadi satu model pendekatan alternatif untuk menemukan sedikit celah-celah pengembangan dalam penelitian terkait yang boleh jadi bisa dilakukan di masa mendatang. Walhasil, semangat transisi energi dari energi yang bersumberkan bahan bakar fosil menuju EBT berkesempatan menghampiri siapa pun dan di mana pun. Di samping itu, saya juga ingin mengucapkan terima ka

Pemanasan Global: Dari dan untuk Kita

Gambar
Sebelumnya, saya sempat menuliskan sebuah  esai yang membahas tentang hubungan antara kemacetan, polusi udara, dan moda angkutan kita. Ujung-ujungnya, esai tersebut juga saya manfaatkan untuk menyoal bahan bakar fosil dan transisi energi, serupa halnya dengan beberapa esai saya yang lalu-lalu. Menurut saya, pembahasan-pembahasan seputar topik ini akan selalu penting selama kita masih cinta terhadap bahan bakar fosil. Oleh karenanya, isi  t ulisan kali ini pun tak akan jauh-jauh dari topik itu. Namun, luaran tulisan ini tidak lebih dari bahan edukasi pribadi alias sekadar menjadi manifestasi rasa ketertarikan saya yang amat kuat terhadap energi terbarukan. A. Dampak Negatif Penggunaan Bahan Bakar Fosil Harus diakui bahwasanya bahan bakar fosil memang memiliki peranan penting dalam aktivitas umat manusia hingga detik ini.  Peran terdekatnya yaitu sebagai sumber energi pada kendaraan bermotor dan pembangkit listrik. Jadi, kita tak perlu pergi jauh-jauh ataupun repot-repot membaca banyak

Menyoal Kemacetan, Polusi Udara, dan Moda Angkutan Kita

Gambar
Baru-baru ini, saya berkesempatan untuk raun-raun di Jakarta.  Selama di sana, saya menghabiskan waktu lebih kurang satu pekan sekadar untuk melihat-lihat bagaimana penampakan dari apa yang kita sebut-sebut sebagai "pusat dari segala pusat" itu. Berdasarkan apa yang saya tengok, satu hal menarik dari daerah ini selain daripada budaya antrenya ialah transportasi umumnya yang bervariasi, termasuk juga pelayanan petugasnya yang enggak "kaleng-kaleng". Walaupun aktivitas saya di sana hanya sebatas berkeliling-keliling doang, saya kira saya sepakat dengan esai buatan Ajeng Rizka dengan tajuk “ Jakarta Adalah Surganya Transportasi Publik, Makanya Mending Jual Aja Kendaraan Pribadimu Itu ” yang terbit di Mojok pada akhir bulan Februari lalu. Menurutnya, asalkan kita mau meluangkan sedikit waktu dan tenaga untuk berjalan kaki, kita tak perlu merasa risau ketika bepergian di Jakarta sebab transportasi umumnya yang bervariasi.  Boleh dikatakan, kita tetap bisa berlalu-lalang

Knalpot Brong: Sebuah Gelagat Modifikasi yang “Enggak Banget”

Gambar
Salah satu peran penting knalpot pada kendaraan bermotor (kereta dan mobil) yaitu sebagai saluran gas buang mesin. Sialnya, di tangan anak-anak alay, knalpot malah diberikan tugas tambahan yang merepotkan. Mereka, orang-orang yang suka cari muka di jalan raya itu, mengganti knalpot bawaan pabrik dengan knalpot brong yang berisik. Tujuan mereka melakukan hal yang demikian ini – – dalam tebakan saya – – tak lain dan tak bukan yakni cuman untuk gagah-gagahan doang. Mereka barangkali menganggap bahwa semakin bising bunyi knalpot kendaraan mereka, maka semakin gagah pula persona mereka. Masa, yang begituan dibilang keren? Aneh betul, bukan? A. Apa Kerennya Suara Knalpot Brong Kelen yang Berisik Itu? Sebelum masuk ke pembahasan utama, terlebih dahulu saya mau jelasin sedikit soal makna kata “kereta” yang ada di tulisan ini. Kami, orang-orang yang tumbuh besar di Medan dan wilayah sekitarnya, menyebut sepeda motor atau motor dengan sebutan “kereta”. Hal ini penting untuk diketahui sebab kata

Jika Tak Ada Lagi Lahan Pertanian

Gambar
Di beberapa waktu yang lalu, tepatnya pada tanggal 4 November 2020, Sediksi  menerbitkan tulisan opini A. Arfrian dengan tajuk “ Kami Tak Mau Jadi Petani Bukan Karena Gengsi ”. Dalam tulisan itu, Arfrian berpendapat bahwa alasan mengapa anak muda enggan menjadi petani ialah justru karena menyangkut soal kesejahteraan hidupnya dan keluarganya, bukan sekadar menyangkut soal gengsi-gengsian doang. Kemudian, ia menerangkan bahwa tak semua petani di Indonesia menikmati kehidupan yang nyaman, terutama bagi mereka yang tidak punya lahan pertanian sendiri (masih menyewa) dan bagi mereka yang hanya bekerja sebagai buruh tani. Selain menjumpai persoalan seputar hasil panen yang kurang memuaskan, hama, serta hasil tani yang belum dihargai dengan harga yang pantas – – dalam penjelasan Arfrian – – ada juga petani yang menghadapi persoalan dalam mengakses lahan pertanian. Belakangan, Muhammad Akbar Darojat Restu Putra mengembangkan pembahasan terkait permasalahan yang diangkat Arfrian tersebut ber

Martin Suryajaya: Penulis Filsafat Favoritku

Gambar
Saya tak tahu betul di waktu kapan saya mulai tertarik dengan filsafat. Yang jelas, akhir tahun 2022 merupakan suatu momen di mana saya merasakan hari-hari yang penuh rasa sepi. Di masa yang begituan, filsafat hadir hampir di setiap malam saya dan kemudian mewujudkan dirinya laksana seorang teman.  Lantas, saya pun menyambut kehadirannya dengan tangan terbuka. Perkenalan saya dengan filsafat ini mungkin terbilang tak keren-keren amat sebab sekadar bermodalkan beberapa video di YouTube, bukan malah melalui teks-teks tebal nan kontekstual. Biar begitu, saya kira, hanya media inilah yang dapat mengemas filsafat menjadi sebuah hiburan yang menarik. Dengan kata lain, gelagat pembelajaran filsafat yang demikian bisa dianggap sebagai semacam cara untuk menikmati filsafat dengan mudah, murah, dan bahkan riang gembira. Dalam bayangan saya, filsafat adalah wadah untuk bermain-main dengan pikiran sendiri. Oleh karenanya, saya bisa mengolok-olok segala hal yang bersembunyi di dalam kepala saya. Be

Peserta Pemilu Mesti Punya Portofolio yang Bisa Diakses Secara Daring

Gambar
Belajar dari pemilu yang sudah-sudah, kita sama-sama sadar bahwa sebetulnya kita enggak tahu-tahu amat tentang profil para politisi yang sedang berkontestasi di pemilu itu, terutama dalam pileg dan pilkada. Alih-alih mengetahui rekam jejak mereka di dunia politik ataupun di berbagai kegiatan kemasyarakatan lainnya, mendengar nama mereka pun rasa-rasanya kita hampir tidak pernah. Hal ini tentunya berbeda dengan calon presiden beserta wakilnya yang cenderung menjadi perbincangan publik. Walhasil, ketika pileg dan pilkada berlangung, masyarakat bisa saja asal memilih kandidat dan bahkan tidak memilih sama sekali sebab tidak tahu siapa yang harus dipilih. Sekadar Memasang Baliho Saja Tidak Cukup Efektif untuk Menarik Perhatian Pemilih Ada beberapa alasan mengapa kebanyakan peserta pileg dan pilkada itu tidak cukup akrab di telinga dan ingatan masyarakat. Menurut saya, salah satu alasannya ialah karena kurang maksimalnya kampanye yang mereka lakukan, terlepas apakah mereka berpengalaman ata