Seni Menggunakan Toilet Umum

Seni, sebuah kata yang beberapa tahun terakhir lagi ramai digunakan di judul-judul buku.

Kalau mau disebutkan satu per satu, yang ada malah memakan banyak waktu sebab tidak sedikit buku-buku yang diberi judul seperti itu.

Lebih-lebih lagi, di salah satu tulisan yang lalu saya pun pernah menuliskan catatan pendek yang di dalam judulnya juga terdapat kata "seni".

Tulisan tersebut bercerita tentang seni dalam membuang sampah.

Dan dikarenakan saya masih merasa tak mau ketinggalan dan PTT alias pantang tak top, alhasil untuk kedua kalinya saya menyematkan kata "seni" di dalam judul catatan pendek saya.

Kalau di tulisan yang pertama saya membahas tentang peranan seni dalam gelagat buang sampah kita, maka di tulisan yang kedua ini saya ingin melihat peranan seni dalam gelagat buang hajat kita di toilet umum.

Walaupun sama-sama membuang sampahyang satu sampah konsumsi harian, dan yang satu lainnya literally sampah dari apa yang kita konsumsi, agaknya catatan pendek kali ini benar-benar akan membuat Teman-Teman enek membacanya.

Tak hanya enek, bahkan kalian ingin langsung cepat-cepat menutup blog buruk ini.

Kendati demikian, saya kira apa yang hendak saya ceritakan nantinya paling tidak masih terdapat manfaat di keseluruhan isinya meski hanya sebesar 0,1%.

Lalu, seberapa tak bagusnya tulisan yang sangat remeh-temeh ini jika dibandingkan dengan tulisan-tulisan saya yang lainnya?

Silakan baca sampai habis dan perdebatkan substansi tulisan berikut bersama anggota keluargamu yang aroma ketiaknya paling bau dan/atau bersama tetangga terjengkelmu!


Toilet Umum: Sebuah Tempat untuk Buang Hajat

Toilet umum merupakan sebuah fasilitas umum yang biasanya digunakan khalayak ramai untuk buang hajat, baik yang berbentuk cair maupun yang berbentuk padat.

Semua orang berhak menggunakan seluruh fasilitas umum yang ada di setiap penjuru kota, termasuk toilet umum.

Dalam hal ini, toilet umum yang saya maksud ialah toilet-toilet yang berada di tempat umum seperti sekolah, terminal, dan lain sebagainya.

Toilet umum yang bersih tentunya adalah hak bersama, hak segala lapisan masyarakat.

Kesetaraan di dalam aspek kebersihan toilet umum harus selalu diperjuangkan agar orang-orang dapat mengakses fasilitas ini dengan tingkat kebersihan yang sama rata (selalu bersih)untuk merasakan buang hajat yang nyaman dan asyik.

Namun, menjaga kebersihan setelah memakai toilet umum adalah kewajiban pribadi penggunanya, bukan kewajiban para petugas kebersihan.

Seperti yang saya sampaikan sebelumnya di tulisan saya yang membahas tentang hubungan seni dengan gaya buang sampah kita, saya mengira bahwa seni sangat berkaitan erat dengan keindahan, dan kebersihan selalu menampilkan keindahan.

Dari sinilah, hubungan seni dan kebersihan mulai tampak.

Coba Teman-Teman ingat sebentar. Kira-kira berapa kali kalian menjumpai toilet umum yang baunya bukan main, kotornya bukan kepalang?

Apakah kalian juga pernah melihat suatu benda yang cukup familiar (kadang padat, kadang agak encer dikit) sedang bernaung dengan santainya tepat di tengah-tengah kloset toilet umum?

Jika pernah, kalian harus bersyukur karena telah berjumpa dengan penemuan langka tersebut.

Mengapa tidak? Dengan begitu, Teman-Teman enggak perlu lagi melakukan banyak penelitian untuk melihat bentuk manusia yang otaknya jarang dipakai.

Bagi kalian yang memiliki kenalan yang sering buang hajat di toilet umum, akan tetapi tidak mau membersihkan hasil metabolismenya yang tak berguna itu sendiri, saya meminta tolong kepada kalian untuk mengirimkan tautan tulisan ini kepadanya–bisa-bisanya kalian betah berteman dengannya.

Mungkin masih masuk akal kalau alasan mereka meninggalkan hasil pembusukan bahan-bahan nabati dan hewani itu karena tidak ada air sama sekali di sana.

Biarpun begitu, tetap saja harus disiram, Bos.

Otak tolong dipakai! Kan, bisa cari air di tempat lain.

Semisal enggak ada juga, beli air di warung kek, apa kek. Masa, mau dipertontonkan gelagat begituan di fasilitas umum?

Siapa pula yang mau repot-repot menyiram hajat yang bukan miliknya? Sorry, yeee! Teh manis, teh manis~

Berkenaan dengan persoalan-persoalan di atas, mari kita buat pengandaian sebentar.

Di suatu harimungkin sekitar pukul 14.00 WIB, diandaikan ada seseorang sedang bertamu ke rumah kita.

Selang beberapa menit, ia pun meminta izin untuk menggunakan kamar mandi.

Setelah ia selesai dari kamar mandi, tak lama kemudian ia pun pamit untuk pulang.

Kebetulan saja, tiba-tiba kita juga kebelet hendak buang air besar (kalau boleh, enggak usah yang terlalu besar-besar kali, sih).

Sesampainya di kamar mandi–tak ada hujan, tak ada badai, kita tercengang dan terheran-heran karena mendapati satu-dua potong tinja yang berlepotan di kloset kamar mandi kita karena belum disiram.

Menurut para pembaca yang terhormat, seberapa jengkel kalian bila berhadapan dengan situasi demikian?

Tanpa perlu diselidiki lebih lanjut, benda menyeramkan tersebut pasti punya si tamu yang barusan datang, sebab hanya ada dua orang di rumah kita, terhitung sama dia.

Yang lebih parah lagi, jangan-jangan hasil ekskresi yang kita jumpai barusan adalah milik kita di pagi hari yang lupa disiram? Atau barangkali memang sengaja tidak disiram?

Apakah kepulangan si tamu tadi bukan karena urusannya dengan kita sudah selesai, melainkan karena jijik terhadap gelagat buang hajat kita?

Wah, sebuah trik mengusir tamu yang out of the box sekali, bukan?

Saking out-nya terlampau jauh, bahkan ide seburuk ini tak pernah terpikirkan oleh seorang koruptor ulung sekalipun.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Vest-Backpack: Semacam Rompi Dwifungsi

Semacam Prakata

Ngopi di Kopijon