Bagaimana Potensi Energi Gelombang Air Laut di Indonesia?

Ketika berbicara tentang energi bersih, maka tak jarang pembicaraan tersebut dimulai dari perubahan kondisi iklim, yang di dalamnya termasuk juga pemanasan global.

Pemanasan global secara sederhana dapat diartikan sebagai peningkatan suhu di permukaan bumi yang terjadi secara global ataupun hampir di seluruh dunia.

Salah satu penyebab terjadinya pemanasan global yaitu rusaknya lapisan ozon yang berfungsi untuk mereduksi jumlah radiasi matahari yang tiba di permukaan bumi.

Saat lapisan pelindung ini rusak, tentunya intensitas radiasi matahari yang masuk ke bumi akan lebih tinggi daripada yang seharusnya sehingga dapat menyebabkan peningkatan suhu permukaan bumi.

Biang kerok rusaknya lapisan ozon tak lain dan tak bukan ialah polusi udara yang berasal dari berbagai aktivitas kita, manusia.

Namun, tulisan yang hendak saya hadirkan saat ini tidak banyak membahas tentang aktivitas tersebut, melainkan kebanyakan isinya berisikan opini saya terkait satu energi bersih yang jarang dibicarakan khalayak luas, yakni energi gelombang air laut.

Energi bersih merupakan solusi dari permasalahan polusi yang dihasilkan oleh penggunaan energi fosil secara besar-besaran––sudah barang pasti energi bersih juga harus bersih dari hulu sampai ke hilir.

Beberapa contoh energi bersih yang mudah kita jumpai di alam yaitu energi matahari, energi air, energi angin, energi gelombang air laut, dan lain sebagainya.


A. Tentang Energi Gelombang Air Laut

Mungkin kita sering mendengar panel surya, turbin air, dan turbin angin, akan tetapi tidak dengan perangkat pemanfaatan gelombang air laut sebagai sumber energi bersih.

Teknologi semacam ini memang kurang populer di telinga kita yang tidak berkecimpung langsung di ranah energi terbarukan, terkecuali kalau Teman-Teman mengikuti tren terkininya.

Sebenarnya, apa itu energi gelombang air laut?

Dengan segala kerendahan hati, izinkan hamba untuk sedikit menjelaskannya, wahai Tuanku.

Jadi, energi gelombang air laut merupakan energi yang bersumber dari gerakan translasi (naik-turun) air laut saat ia membentuk gelombang.

Nah, suatu model teknologi yang dapat kita gunakan agar gerakan air laut itu menjadi gerakan yang bermanfaat yaitu torak atau piston.

Kemudian, torak tersebut dihubungkan dengan poros engkol guna mengubah gerakan translasi pada torak menjadi gerakan rotasi pada poros engkol.

Prinsip kerjanya hampir serupa dengan motor bakar torak yang lumrah digunakan di kendaraan bermotor kita, yang membuatnya berbeda yakni tidak menggunakan bahan bakar fosil dan tidak membuahkan gas buang (emisi).

Apabila poros engkol dihubungkan dengan sebuah generator, maka gerakan rotasi poros engkol akan memutar poros generator dan menghasilkan energi listrik.

Kendatipun prinsip kerjanya sederhana, tetap saja dalam praktiknya berkata lain––sama dengan energi alamiah (energi bersih) lainnya.

Besaran energi yang dihasilkan oleh energi alamiah pada hakikatnya tidak melulu statis, atau dengan kata lain cenderung berubah-ubah dikarenakan banyak faktor alam yang memengaruhinya.

Dalam hal energi gelombang air laut, kita bisa ambil beberapa hipotesis sebab-musabab alami yang memengaruhi besar-kecilnya energi yang akan dihasilkan nantinya, di antaranya seperti kecepatan angin, arah angin, tingkat kedalaman air, musim yang sedang berlangsung, dan semacamnya.

Sedangkan dari sisi teknologinya sendiri, tantangan yang kita hadapi berhubungan dengan desain, bahan, dan biaya yang dibutuhkan, baik ketika tahap uji coba, peluncuran, hingga ke fase pemeliharaan serta perawatan.

Dan dikarenakan medan tempur kita berupa hamparan air dengan sifat korosif, maka bahan yang digunakan juga harus tahan korosi––boleh jadi menambah beban pikiran (menjadi perhatian khusus) para peneliti, belum lagi terkait massa keseluruhan perangkat yang digunakan.

Lalu, bagaimana dengan potensi energi gelombang air laut di Indonesia? Apakah cukup menjanjikan?

Mari kita lirik dengan tempo sesingkat-singkatnya!


B. Potensi Energi Gelombang Air Laut di Indonesia

Indonesia merupakan negara maritim, negara dengan beribu-ribu pulau––bahkan anak yang duduk di bangku sekolah dasar pun tahu.

Semua pulau besar di Indonesia dikelilingi oleh lautan, tak terkecuali dengan pulau-pulau kecilnya.

Oleh karena itu, sudah sepantasnya kita harus bangga menjadi seorang pribumi––tidak hanya sekadar bangga, malahan kita mesti paham betul potensi-potensi yang ada di wilayah kita dan kemampuan yang dimiliki bangsa kita.

Dari pengetahuan umum ini, saya beranggapan bahwa Indonesia memiliki potensi besar terkait energi gelombang air laut.

Walaupun keadaan energi gelombang air laut di hulunya bersih, tak terbatas, dan pasti gratis, tetap saja masih diperlukan banyak penelitian yang membahas tentang proses di hilirnya seperti yang sempat saya sampaikan secuil di bagian pertama tadi.

Dengan demikian, kita harus benar-benar memberikan dukungan secara serius terhadap penelitian-penelitian awal yang tengah dilakukan, sebab dari sinilah kita bisa berangkat ke penelitian lebih lanjut, misalnya penelitian awal tentang pemetaan sebaran potensi energi gelombang air laut di seluruh lautan Indonesia.

Setelahnya, barulah kita bisa berlabuh lebih jauh lagi ke bagian-bagian praktis seperti desain, bahan, dan juga biaya––yang tak kalah menarik ialah terkait cara penyaluran energi listrik yang dihasilkan.

Sehubungan dengan hal itu, silakan baca tulisan saya mengenai energi listrik beserta andilnya di dalam kehidupan praktis kita melalui link berikut.

Balik lagi ke pembahasan utama.

Satu tantangan penting yang mesti kita pikirkan baik-baik adalah terkait pengaruh instalasi pembangkit listrik tenaga gelombang air laut terhadap keseimbangan ekosistem laut serta kehidupan harian masyarakat sekitar.

Sambil merenungi persoalan-persoalan di atas, saya ingin mengajak para pembaca sekalian untuk berpikir sejenak dengan gaya berpikir orang-orang yang keras kepala, sok-sokan, dan congkak sebagai bahan penutup catatan pendek kali ini.

Seumpama kita semua memiliki sumber dana yang begitu besar dan susah amat untuk berpikir bak environmentalist, buat apa kita repot-repot melakukan penelitian yang berkenaan dengan energi bersih?

Mengapa tidak kita gali saja gundukan tanah atau dasar laut yang dinilai mengandung bahan bakar fosil nan berlimpah itu secara ugal-ugalan? Toh, bukan kita yang merasakan dampak latennya.

Andaikan kita teruskan pola pikir serampangan ini, mungkin saja eksploitasi alam dengan cara begituan dapat kita lakukan jikalau saya dan Anda semuanya tidak mempunyai empati dan etika terhadap lingkungan hidup dan ekosistemnya.

Tanpa harus ada perjanjian-perjanjian soal emisi karbon sekalipun, sudah sepatutnya kita menjaga ruang hidup publik––tak perlu ada bantahan tambahan.

Ingat, kita cuma menumpang di sini, di bumi ini. Jadi, jangan sampai kita merasa “akulah segalanya” karena Firaun pun mati juga bersama dengan kemewahannya.

Namun, apa mau dikata? Namanya sudah cinta (sama dunia), berlabuh ke lain opsi muskil dicoba.

Kalau sudah cinta (lagi-lagi dengan dunia), saya rasa tak mudah untuk melepaskannya. Bila dilepaskan dengan cuma-cuma, susah move on kita dibuatnya.

Lantas, sudah sejauh mana komitmen dan kemesraan kita dengan energi bersih? Apakah hubungan kita bersamanya begitu erat? Atau jangan-jangan tidak cukup dekat?

Bagaimana pendapatmu? Silakan berikan komentar terbijakmu untuk menghidupkan ruang dialog yang positif sembari meminum es kopi susu gula aren di kedai kopi favoritmu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Vest-Backpack: Semacam Rompi Dwifungsi

Semacam Prakata

Ngopi di Kopijon