Desa dan Komoditasnya
Bonjour mes amis! Bulan pertama di tahun 2024 sudah hampir berlalu, nich. Akhir pekan––lagi-lagi juga sudah di depan mata.
Untuk melengkapi catatan bulan Januari ini, kira-kira enaknya jalan-jalan kemana, ya? Apakah Teman-Teman ada rekomendasi tempat yang menarik untuk didatangi?
Kalau ada, boleh dong diceritakan di kolom komentar. Barangkali, di sini ada pembaca yang sedang mencari tempat healing yang hidden gems lagi instagramble.
Atau, jangan-jangan waktu yang kita miliki cukup singkat, bahkan hanya sebatas untuk menghibur diri dari rutinitas harian yang begitu padat.
Sekali lagi, tetap semangat Kelas Pekerja!
Ingat! Raga dan pikiran juga perlu beristirahat. Bolehlah satu hari dipakai untuk pergi berwisata bersama rekan dan keluarga.
Kita dapat berwisata ke mana saja, tergantung uang yang ada. Yang paling asyik, tentunya berekreasi ke desa-desa. Selain di sana minim polusi udara, minim pula polusi suara.
Tapi, ini bukan hanya soal bertamasya. Jauh lebih mendalam, desa itu sangat istimewa. Karenanya, desa lebih dari sekadar tempat wisata.
Desa Kita Tercinta
Sebagai pengantar ke pokok bahasan nantinya, saya ingin berbagi cerita ketika saya mengikuti kuliah kerja nyata (KKN) dulu.
Tidak terlalu spesial, sih. Namun, hal ini merupakan sebuah pengalaman yang menarik bagi saya.
Jadi, lokasi KKN saya kala itu berada di sebuah desa yang letaknya lumayan dekat dari kampus dan indekos tempat saya bermukim.
Mungkin, membutuhkan waktu sekitar 20-25 menit untuk sampai di lokasi tersebut apabila dilalui menggunakan sepeda motor.
Bila kalian ingin pergi ke sana dengan cara yang out of the box, misalnya seperti mengendarai kuda, agaknya cara tersebut akan memakan waktu yang lebih lama karena harus mencari persewaan kuda terlebih dahulu.
Apalagi ketika mengendarai kuda supaya baik jalannya. Hei!
Tapi, ini bukan hanya soal kuda. Eh, kata-kata yang tadi, nich. Maaf.
Mari kita sedikit serius.
***
Selama KKN––kurang-lebih satu bulan, ada satu hal yang menarik perhatian saya, yakni aktivitas harian masyarakat di desa itu dan daerah sekitarnya.
Aktivitas harian masyarakat di sana sangat bervariasi. Ada yang hari-harinya pergi melaut, ada yang membudidayakan melon, kemudian menjadi pengerajin batu bata, dan ada juga penambak udang.
Lebih dari itu, boleh jadi masih ada komoditas lain sebagai sumber mata pencaharian masyarakat di sana yang luput dari pandangan terbatas saya.
Berikut ini adalah beberapa hasil tangkapan kamera di daerah sekitar pos KKN.
Daerah Sekitar Pos KKN |
Dari petualangan singkat ini, saya mempelajari bahwa masyarakat desa pada umumnya adalah kelompok masyarakat yang berdikari.
Masyarakat di desa dapat memenuhi kebutuhan pokoknya sendiri, mulai dari hasil berladang dan berkebun hingga hasil jerih payah berlayar menjala ikan.
Dengan melakukan perniagaan antar desa, lengkap sudah kebutuhan-kebutuhan masyarakatnya––lebih-lebih lagi menjadi penyuplai kebutuhan pokok masyarakat kota.
Lalu, bagaimana dengan desa yang produk komersialnya berupa pariwisata lokal?
Wah! Ini pembahasan yang menarik.
Pariwisata lokal merupakan panggung besar bagi para pelaku ekonomi kreatif.
Kalau kita pergi bertamasya ke suatu tempat wisata, tak jarang akan kita jumpai Teman-Teman pedagang yang menjajakan makanan tradisional, produk-produk kerajinan lokal, dan lain semacamnya.
Berkenaan dengan produk kerajinan lokal, kalian dapat membaca tulisan saya yang berjudul Cut n Fit Vol.1. Tulisan tersebut berisikan cara mengolah perca menjadi hiasan dinding yang aesthetic.
Kembali ke inti cerita, pariwisata lokal membantu meningkatkan visibilitas barang niaga kita agar lebih dikenal oleh masyarakat luas.
Serupa di atas, desa-desa dengan produk pertanian dan perkebunannya juga dapat melakukan hal yang sama.
Kita dapat menjadikan beberapa lahan pertanian atau perkebunan yang ada sebagai tempat darmawisata dan tempat karyawisata dengan selalu memperhatikan aspek kelestariannya.
Dwifungsi lahan yang bermanfaat––sebagai tempat bercocok tanam dan wadah pembelajaran.
Melalui cara seperti ini, kita dapat bercerita tentang betapa serunya kegiatan bertani dan berkebun kepada generasi selanjutnya.
Sudah barang tentu kita jadi teringat pentingnya sektor pertanian dan perkebunan dalam pemenuhan kebutuhan pokok khalayak ramai.
Coba kalian bayangkan––bila mana di suatu ketika semua lahan pertanian dan perkebunan yang ada di desa dijadikan lahan untuk membangun gedung-gedung pencakar langit, tambang-tambang, dan pabrik-pabrik super canggih.
Mari kita pikirkan sebentar––soal rasa sesuap nasi goreng yang berasnya diperoleh dari padi-padi yang ditanam langsung di atas beton-beton megah itu.
Alih-alih memikirkan rasa nasi goreng beserta telur dadarnya, mari kita terka sejenak––perihal tingkat kepedasan sambal yang dibuat dari cabai-cabai yang tumbuh di atas lubang-lubang tambang itu.
Mungkin, kita sedikit lupa––tentang hijaunya daratan dan birunya lautan.
Namun, bagaimana mungkin kita bisa lupa tentang kecilnya kita jika dilihat dari ujung tata surya?
Lantas, apa yang paling mungkin untuk dilakukan?
Yang paling mungkin untuk dilakukan adalah bersama-sama menjaga serta merawat biota yang ada.
Keren sekali kalimat2 yang dituliskan
BalasHapusTerima kasih banyak atas apresiasinya Pak/Bu.
HapusMungkin bisa lebih menarik lagi jika ditambah dengan beberapa sample gambar
BalasHapusBaik, Pak/Bu. Terima kasih atas masukannya.
Hapus