Buka Buku: Mengulas Buku NKCTHI

Deskripsi Buku

Judul Buku: Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini

Penulis: Marchella FP

Penerbit: POP (imprint Kepustakaan Populer Gramedia)

Tempat, Tahun Terbit: Jakarta, 2018

Jumlah Halaman: 200

Penilaian: 9/10


Buku Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini, atau biasanya akrab disapa dengan NKCTHI merupakan buah tangan Marchella FP yang sempat diadaptasi menjadi film di beberapa waktu yang lalu.

Buku ini dijual dengan harga Rp125.000 (harga Pulau Jawa) dan dicetak untuk pertama kalinya pada Oktober 2018.

Adapun versi buku NKCTHI (lihat gambar di bawah ini) yang akan saya ulas di dalam tulisan saya yang berjudul “Buka Buku: Mengulas Buku NKCTHI” ialah buku Cetakan Kedelapan (dicetak pada November 2018).

Buku NKCTHI

Melalui tulisan ini, saya ingin mengulas buku NKCTHI mulai dari sampul buku hingga kesan-kesan saya terhadap buku ini.

Lantas, apa yang spesial dari buku NKCTHI sehingga ia pantas dibaca dan dikoleksi?

Simak terus tulisan berikut untuk mengetahui informasi menarik terkait karya tulis Mbak Marchella yang satu ini!


A. Tentang Sampul Buku

Selain isi buku, sampul buku juga menjadi daya tarik sebuah buku karena bagian inilah yang pertama kali dilihat oleh calon pembaca ketika ingin membeli sebuah buku.

Tak jarang pula para pembaca langsung jatuh hati pada satu buku hanya dengan melihat sampulnya, alih-alih membaca sipnosisnya dengan saksama.

Oleh sebab itu, saya menjadikan bagian sampul buku sebagai titik mula dalam mengulas buku NKCTHI.

Tanpa perlu basa-basi lagi, ini dia hidangan pembukanya!

***

Untuk bagian sampul, buku NKCTHI diselimuti oleh hard cover yang didesain dengan ilustrasi dan warna yang simpel.

Walaupun terlihat sederhana, pemilihan warna yang tepat membuat sampul buku NKCTHI sangat elok secara visual, belum lagi tata letak ilustrasi dan tulisan (identitas buku) yang enak dipandang mata.

Pada akhirnya, kombinasi semua unsur estetika yang terdapat di bagian sampul buku ini menjadi sambutan yang khas bagi para pembaca sebelum bertamasya lebih jauh ke bagian isi buku.

Sampai di sini, terlihat bahwa sampul buku yang keren dapat memberikan kesan tersendiri kepada calon pembaca, akan tetapi ada satu pepatah lama yang mengatakan, “jangan menilai suatu buku hanya dari sampulnya.”

Peribahasa tersebut tentunya mengandung nilai moral yang menyarankan kita untuk tidak menilai sesuatu hal secara sepintas lalu, melainkan harus ditelaah secara menyeluruh.

Kalau begitu, bagaimana dengan buku NKCTHI? Apakah di dalam sampulnya yang cantik juga terdapat cerita yang menarik?

Mari kita bahas!


B. Tentang Isi Buku

Kalau dilihat dari identitas buku yang berada di bagian sampul belakang, buku NKCTHI dikategorikan ke dalam buku “self improvement”. Namun, ada yang unik dengan buku ini.

Berbeda dengan buku-buku self improvement lainnya, yang isinya terdiri dari banyak paragraf, buku NKCTHI malahan hanya berisikan potongan-potongan kalimat bijak yang disertai dengan ilustrasi.

Sebelum memasuki bagian utama buku, awalan cerita pada buku NKCTHI disajikan dengan pengaturan cerita fiksi––ada tokoh dan latar waktu yang sifatnya fiksi kendati buku ini tergolong buku self improvement.

Pada bagian tersebut, Mbak Marchella selaku penulis sekaligus ilustrator buku NKCTHI ingin mengajak para pembaca seolah-olah menjadi seorang anak yang hendak menerima banyak pesan dari ibunya di masa lampau.

Sang ibu mengirimkan pesan-pesan itu pada tahun 2016 untuk dirinya dan anaknya nanti di tahun 2047.

Kemudian, sudut pandang yang digunakan Mbak Marchella di dalam buku NKCTHI ini yaitu sudut pandang orang pertama.

Tokoh aku adalah si ibu, seorang perempuan bernama Awan (27 tahun) yang mengirimkan pesan kepada dirinya dan anaknya di masa depan nanti:

“Tentang memori, gagal, tumbuh, patah, bangun, hilang, menunggu, bertahan, berubah, dan semua ketakutan manusia pada umumnya.”

Di dalam buku ini, pesan-pesan Awan dikumpulkan dalam beberapa bab dengan judul yang bertemakan waktu, di antaranya: Pagi, Siang, Sore, dan Malam.

Sebagai bahan pertimbangan bagi Teman-Teman sebelum membeli buku NKCTHI, saya ingin menampilkan beberapa nilai moral yang terkandung di dalam bab pertama buku ini.

Pada awalan bab pertama, Awan berpesan,

“Pagi sering terlalu cepat bertamu, rasanya kita pun belum siap bertemu. Tapi… banyak hal baik yang harus dijemput pagi ini.”

Di dalam pesan-pesan Awan berikutnya, pembaca dapat merasakan rasa tulus dan tegas seorang Awan kepada anaknya terkait semangat juang, kebijaksanaan, kesabaran, optimisme, keikhlasan, kecermatan, kepedulian, hingga rasa bertanggung jawab.

Kurang-lebih pesannya mengandung nilai-nilai positif seperti ini: kita dibebaskan untuk melakukan segala hal, apa pun itu, ke mana pun itu. Semoga semua yang kita lakukan ada manfaatnya.

Dan ketika kita merasa bahwa apa yang telah kita lakukan belum membuahkan manfaat (hasil) sama sekali, tolong untuk bersikap biasa saja––anggap angin lalu. Setidaknya, orang lain tak merasa dirugikan atas perbuatan kita.

Mungkin, bentuk jalan yang akan kita hadapi tak melulu lempeng dan landai. Barangkali selama perjalanan tersebut kita akan menjumpai suatu hal yang dinamakan “rintangan”.

Boleh jadi rintangan yang ada di depan mata kita nantinya bakal muncul dengan wujud yang besar, terlihat sulit dipecahkan, bahkan berbelit-belit tak tentu ujung.

Namun, siapa sangka rintangan yang kita anggap sukar diselesaikan, ternyata dalam realitasnya mudah betul untuk dituntaskan?

Sampai-sampai kita berpikiran bahwa persoalan yang sedang kita hadapi rupa-rupanya tidak sesulit sebagaimana yang kita bayangkan.

Walaupun begitu, ada satu hal yang perlu diingat, yakni tidak semua hal berada di dalam kuasa kita––segala sesuatu di dunia ini dapat terjadi di luar perkiraan kita.

Oleh karenanya, jangan pernah membayangkan ekspektasi yang “wah” terhadap hasil akhir usaha kita.

Ketika ekspektasi itu sangat berbeda dengan keadaan yang sedang terjadi, acap kali kita akan menjumpai sebuah rasa yang namanya “kecewa”.

Berkenaan dengan hal ini, Awan mengingatkan,

“Silakan berekspektasi setinggi dan serendah apa pun. Itu pilihanmu. Tapi, penuhi sendiri. Saat ekspektasi ditaruh ke raga lain, kecewa sering jadi teman.”

Sekarang, mari kita bergegas ke bab-bab berikutnya!

***

Pada bab Siang, Sore, dan Malam, terlihat bahwa tak banyak perbedaan makna (maksud) yang dapat ditemukan pembaca di antara pesan-pesan yang disampaikan Awan di ketiga bab tersebut dengan bab pertama (bab Pagi).

Hanya saja, masing-masing bab yang ada di buku NKCTHI memiliki semacam cerita atau semangat yang berbeda-beda.

Pembaca dapat menganalogikan pesan-pesan yang disampaikan Awan di keempat bab buku ini seperti saat melakukan sebuah perjalanan atau aktivitas, misalnya pada bab Pagi.

Bab Pagi kelihatan seperti saat kita melakukan persiapan sebelum pergi hingga kita berangkat ke suatu tujuan. Contohnya serupa dengan apa yang saya sampaikan pada pembahasan sebelumnya.

Kemudian, cerita dilanjutkan ke bab Siang yang dapat kita rasakan bak berada di dalam perjalanan yang sedang berlangsung––di dalam proses hidup.

Dalam hal ini (awalan bab kedua), Awan berkata,

“Kita sedang sama-sama bergerak. Mungkin menuju titik yang sama, atau mungkin berlawanan. Tolong, jangan bertabrakan.”

Dan sebagai hidangan penutup, Mbak Marchella menyajikan bab Sore dan Malam yang menggambarkan perjalanan pulang dan makna pulang itu sendiri.

Awan pun melanjutkan,

“Terasa panjang perjalanan pulang, langit biru menuju abu-abu. Seperempat sisa energi, beri ruang untuk mengulang.”

Jika pembaca memerhatikan pesan-pesan Awan secara kalimat demi kalimat, agaknya pesan-pesan tersebut saling berkaitan satu sama lain.

Lalu, apa pesan Awan soal pulang?

Awan berkata,

“Pulang, jadi kata paling nyaman setelah proses pencarian panjang.”

***

Menurut Teman-Teman sekalian, apakah buku NKCTHI ini sudah boleh bernaung di lemari atau meja belajar kalian?

Jika belum boleh, tenang saja. Saya masih menyimpan satu bagian terbaik lainnya yang berada di dalam buku NKCTHI sebagai dessert pada tulisan ini. Apakah itu?

Yes, the dessert is ilustrasi yang ada di dalam buku NKCTHI.

Selain isi pesan yang mengandung nilai-nilai positif bagi kehidupan harian kita, ilustrasi yang tertuang di dalam buku NKCTHI juga sangat ramah di mata, enak betul untuk dipandang.

Pembaca dapat melihat berbagai ilustrasi yang berbeda per dua halaman buku ini. Ilustrasi-ilustrasi tersebut ditemani dengan warna pada kertas yang juga berbeda-beda sesuai dengan ilustrasinya.

Semua sajian mewah ini tampak serasi, baik dari warna, tulisan, maupun ilustrasi.

Saya kira Mbak Marchella cukup kerepotan sewaktu memilih warna untuk masing-masing ilustrasi yang akan menghiasi isi buku NKCTHI––benar-benar karya yang luar biasa.

Meskipun ilustrasi dan warna yang digunakan cenderung simpel, akan tetapi semua perpaduan yang bersemayam di setiap halaman buku ini sungguh memanjakan indra visual yang membacanya.

Dan dari semua penjabaran saya terkait isi buku NKCTHI, kira-kira mengapa Awan mengirimkan banyak pesan kepada dirinya dan anaknya di masa depan?


C. Kesan-Kesan

Buku NKCTHI merupakan buku bergambar pertama saya dan menjadi salah satu buku yang paling saya sukai.

Saya sangat nyaman membaca buku ini, sangat menikmati seluruh hal yang ada di dalamnya. Mulai dari bagian sampul sampai ke bagian isi, semuanya oke dan mantap.

Selaku penikmat grafis, membaca buku NKCTHI seperti membaca kutipan-kutipan (quotes) yang berserakan di media sosial.

Namun, buku ini tak hanya sekadar kumpulan kata-kata bijak. Buku NKCTHI lebih dari itu. Ia begitu spesial, kaya makna serta visual.

Akhir kata saya ucapkan terima kasih kepada Mbak Marchella yang telah menyajikan hidangan senikmat buku NKCTHI.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Vest-Backpack: Semacam Rompi Dwifungsi

Semacam Prakata

Ngopi di Kopijon